Terungkap, Ada “Penggalan Kepala” di Tiang Pancang Jembatan TASL Siak

Siak861 Dilihat

SIAK (WARTASIAK.COM) – Pada era tahun 1990-an silam, setiap kali ada proyek pembangunan jembatan yang direalisasikan oleh pemerintah maupun swasta, kerap beredar isu di tengah masyarakat adanya penculik yang mengincar kepala manusia (anak-anak, red) untuk dijadikan sebagai tumbal pembangunan jembatan.

Bagi masyarakat awam yang tinggal di pelosok kampung, isu adanya penculik kepala itu dianggap sesuatu yang sangat mengerikan sekaligus menakutkan, sehingga pada masa itu anak-anak pelajar dilarang keluyuran keluar rumah saat sepulang dari sekolah.

Berdasarkan cerita turun temurun yang diterima penulis, pada tahun 1990-an itu di wilayah Siak dan sekitarnya juga tidak luput dari isu penculik kepala pada setiap adanya proyek pembangunan jembatan. Seperti pada saat dibangunnya jembatan Siak II alias Leighton II Pekanbaru yang dibangun pada sekitar tahun 1990-an silam.

Bersamaan dengan pembangunan jembatan Leighton II Pekanbaru itu, masyarakat yang tinggal di wilayah Siak juga sempat dihantui oleh isu/rumor adanya tukang culik kepala yang masuk ke kampung-kampung. Sontak isu tersebut membuat jantung para orangtua berdebar-debar (was-was, red) setiap kali anaknya pergi ke sekolah sendirian.

Seiring berjalannya waktu, lambat laun isu adanya penculik kepala untuk tumbal pembangunan jembatan itu mulai mereda dan hilang ditelan zaman. Lantas apakah jembatan yang ada di Kabupaten Siak dibubuhi tumbal kepala?.

Tiga Jembatan Megah di Kabupaten Siak:

Di masa kepemimpinan Bupati Siak H Arwin AS, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak membangun Tiga jembatan megah yang membentang di atas Sungai Siak. Jembatan tersebut dibangun di lokasi berbeda yakni di Kecamatan Sungai Apit, Tualang, dan Siak-Mempura.

Dari Tiga jembatan itu, yang paling masyhur dan spektakuler adalah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah (TASL) yang menghubungkan antara Kecamatan Siak dengan Kecamatan Mempura.

Proses pembangunan Jembatan TASL Siak itu dimulai pada tahun 2002 dan diresmikan operasionalnya pada tanggal 11 Agustus 2007 oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada saat dimulainya pembangunan Jembatan TASL Siak tahun 2002 lalu itu, ada ritual khusus yang dilakukan oleh Pemkab Siak dan sangat menarik untuk diulas dan diceritakan kepada para generasi muda. Ritual tersebut bernuansa religius dan penuh makna.

Diceritakan oleh tokoh Budayawan Siak H Said Muzani SH, pada saat dimulainya pembangunan Jembatan TASL Siak itu dirinya terlibat langsung pada acara seremonial yang digelar oleh Pemkab Siak, saat itu dirinya menjadi Protokoler Pemkab Siak yang sekaligus sebagai tokoh budayawan Melayu Siak.

“Pada saat dimulainya pembangunan Jembatan TASL Siak itu, Pemkab Siak menggelar acara seremonial sebagai tanda dimulainya pembangunan jembatan. Saat itu saya selaku pemandu acara (protokoler, red) mulai dari pemancangan tiang awal hingga peresmian oleh Presiden SBY. Pada masa itu, semua acara seremonial Pemkab Siak saya yang memandu/mengatur,” beber H Said Muzani, Jum’at (17/10/2025) siang, saat berbincang bersama Wartasiak.com.

Lebih lanjut tokoh Budayawan Siak itu menceritakan, cukup banyak sesi-sesi acara pada seremonial dimulainya pembangunan Jembatan TASL Siak itu, di antaranya adalah penanaman sepotong kepala pada tiang pancang. Namun, kepala yang ditanam bukanlah kepala manusia, melainkan kepala Sapi.

“Pada awal pembangunan Jembatan TASL Siak ini ada kepala yang dikorbankan, yakni kepala Sapi di waktu pemancangan pertama buat kenduri di pangkal jembatan sebelah Masjid Islamic, waktu itu tukang potong Sapinya adalah orangtua kita pak H.Nahar. Sapi yang dipotong sebanyak 3 ekor, dan 1 ekor kepalanya ditanam di pangkal tiang yang dipancang pertama,” imbuh H Said Muzani.

Dijelaskannya juga, penanaman sepotong Kepala Sapi pada tiang pancang jembatan itu bukanlah tumbal atau sesaji yang sifatnya klenik atau mistis, melainkan hanya bagian dari ritual kenduri/syukuran sebagaimana yang dibuat oleh orang-orang tua terdahulu.

“Kepala Sapi yang ditanam itu bukanlah tumbal atau sesaji untuk jembatan, tapi hanya bagian dari ritual kenduri pada saat dimulainya pengerjaan bangunan. Sama halnya dengan sekarang, kalau ada yang membangun rumah atau gedung, biasanya lazim dibuat syukuran dengan memotong/menyembelih ayam untuk kenduri,” sambung H Said Muzani.

Meski demikian, lanjut H Said Muzani, adanya ritual menyembelih hewan baik Ayam, Kambing, Sapi, ataupun Kerbau, bukanlah sesuatu yang wajib dilakukan dalam setiap permulaan pembangunan, melainkan hanya bentuk syukuran bagi sesiapa yang ingin melakukan.

“Ritual kenduri semacam itu sudah turun temurun sejak zaman orang-orang tua kita terdahulu. Intinya, hewan itu disembelih dan dagingnya dimakan bersama-sama. Ritual itu bagi yang mau membuat, kalau yang tidak mau membuat juga tidak apa-apa,” imbuhnya.

Selain adanya penanaman Kepala Sapi pada tiang jembatan TASL Siak itu, ada juga PAKU EMAS yang ditancapkan pada bagian sambungan jembatan.

“Ada juga paku emas yang ditancapkan oleh Menteri PU pada bagian jembatan TASL Siak itu sebagai tanda tersambungnya jembatan,” tutup H Said Muzani.

Setelah selesai proses pembangunannya, pada tanggal 11 Agustus 2007 Pemkab Siak menggelar acara syukuran peresmian Jembatan TASL Siak yang dihadiri ribuan masyarakat. Saat itu panitia pelaksana menghadirkan ribuan seniman kompang dari berbagai kampung untuk menyemarakkan acara, sekaligus sebagai pengiring menyambut kedatangan Presiden Republik Indonesia SBY.

Jembatan TASL Siak merupakan bangunan spektakuler yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak. Selain sebagai sarana penghubung transportasi, jembatan tersebut juga sebagai destinasi wisata yang setiap hari ramai dikunjungi oleh masyarakat.

Penulis: Atok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *