TAJUK RENCANA (WARTASIAK.COM) – Dalam beberapa hari ke depan di kampung Wak Sangkot dan Wak Lebam akan dilaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada. Wak Sangkot dan Wak Lebam merupakan dua sahabat yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia politik dan sama-sama menjadi Timses Paslon. Hanya saja mereka berdua berbeda tempat tinggal/domisili dan berbeda jargon.
Wak Sangkot yang tinggal di Kampung Lawas disebut-sebut sebagai Timses Paslon nomor urut 002, sedangkan Wak Lebam yang tinggal di Kampung Anyar disebut-sebut sebagai Timses Paslon nomor urut 003.
Dari cerita yang berkembang di masyarakat, pada PSU yang akan dilaksanakan di kampung Wak Sangkot dan Wak Lebam itu, hanya ada Dua Paslon (002 dan 003) yang akan bertarung mati-matian memperebutkan kemenangan. Sehingga masing-masing Timses harus bekerja keras siang dan malam demi memenangkan jagoannya.
Dengan telah dekatnya pelaksanaan PSU di kampung Wak Sangkot dan Wak Lebam itu, saat ini keduanya sudah sangat jarang terlihat duduk bersama/bareng ngopi dan berkelakar. Bahkan menurut kabar yang beredar, hubungan antara Wak Sangkot dan Wak Lebam mengalami keretakan, hal itu terjadi seiring memanasnya hubungan antara Paslon nomor urut 002 dan 003.
Dari cerita yang disampaikan Wak Sangkot kepada tukang ojek, saat ini ia memang sudah jarang duduk ngopi bersama Wak Lebam. Sebab menurutnya, belakangan ini Wak Lebam terlihat kerap emosional saat diajak berdiskusi/bebual tentang perkembangan isu politik.
Wak Sangkot juga sudah mendengar kabar bahwasanya perkembangan isu politik di kampung Wak Lebam tengah memanas/bergejolak menjelang PSU. Parahnya lagi, belum lama ini jargon kebanggaan Wak Sangkot (nomor urut 002) dikabarkan mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan saat menghadiri acara buka puasa di dusun kampung Wak Lebam.
Saat ditemui sejumlah penanya di rumahnya, Wak Sangkot mengaku merasa heran dan prihatin dengan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di kampung Wak Lebam menjelang PSU. Wak Sangkot tak habis pikir seolah PSU yang akan digelar ini dianggap/dirasa sangat menakutkan oleh segelintir orang.
“Kemarin saya terkejut mendapat kabar adanya perlakuan tidak mengenakkan (persekusi, red) yang dialami oleh jagoan saya saat mengikuti acara buka puasa. Padahal di kampung itu sebelumnya juga ada acara yang sama dibuat oleh jagoannya Wak Lebam,” tutur Wak Sangkot, Sabtu (15/03/2025).
Sebagai seorang sahabat karib yang sudah saling mengenal selama puluhan tahun, Wak Sangkot tidak mengira jika jagoannya diperlakukan tidak baik oleh rekan Wak Lebam saat berkunjung ke kampungnya untuk menyapa dan bersilaturrahmi dengan warga.
“Persekusi yang dialami oleh jagoan saya itu terjadi di kampungnya Wak Lebam, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat saya sejak kecil. Semestinya kejadian seperti itu tidak perlu terjadi jika sesama sahabat saling menghormati dan memahami nilai-nilai sosial/kemasyarakatan yang terkandung dalam konsep Pancasila,” cetus Wak Sangkot lagi.
Masih menurut Wak Sangkot, ia merasa ada sesuatu yang saat ini dikhawatirkan oleh rekan-rekan Wak Lebam atas hasil PSU nantinya. Sehingga muncul reaksi-reaksi dari segelintir oknum untuk membatasi/menghalangi kegiatan Paslon lain yang dianggap bisa mempengaruhi perolehan suara di PSU.
“Kita melihat seolah PSU ini dianggap begitu horor/menakutkan. Khususnya bagi mereka yang punya kepentingan yang saat ini berada di barisan pendukung Paslon. Horornya PSU ini seolah lebih menakutkan dibanding Pilkada November 2024 lalu. Akibatnya banyak kejadian-kejadian aneh belakangan ini,” timpal Wak Sangkot lagi.
Berdasarkan cerita yang disampaikan Wak Sangkot, PSU yang akan dilaksanakan itu tidak hanya di kampungnya dan di kampung Wak Lebam saja, melainkan juga akan dilaksanakan di Rumah Sakit tempat Wak Sangkot dirawat ketika ia mengalami demam tinggi beberapa waktu lalu.
“Intinya, sebagai sesama Timses Paslon, saya berpesan kepada sahabat saya Wak Lebam jangan begitu kali menyikapi PSU ini. Bahkan berkali-kali saya kirimi pesan WA untuk saya ajak ketemu ngobrol, dia tak berkenan membalas WA saya. Hal seperti ini juga dialami oleh jagoan saya (002),” katanya lagi.
Di akhir ceritanya, Wak Sangkot sempat menganalogikan PSU ini dengan peristiwa tenggelamnya kapal pesiar pada film Titanic. Di mana film itu mengisahkan perjalanan panjang kapal pesiar di tengah samudera yang berujung pada tragedi mengerikan.
“PSU ini bisa dianalogikan dengan film Titanic. Film itu menceritakan sebuah kapal pesiar besar yang mengangkut ribuan penumbang orang-orang elit. Tapi karena sesuatu sebab, kapal besar itu tenggelam dan hanya menyisakan Dua (2) orang saja yang selamat. Artinya, PSU ini juga mempertaruhkan nasib ribuan penumpang (rakyat, red) di dalamnya,” timpalnya lagi.
Yang paling mengesankan, sambung Wak Sangkot, pada peristiwa mengerikan yang terjadi dalam film Titanic itu, terlihat adegan para penumpang yang menjerit-jerit ketakutan. Ketakutan yang menyelimuti hati para penumpang itu menyebabkan mereka semua terpaksa melakukan apa saja demi bisa selamat. Mulai dari berlarian, memanjat tiang, tarik-menarik, hingga nekad melakukan hal-hal di luar kewajaran.
“Pada film Titanic kita disuguhi adegan orang-orang yang ketakutan akan tenggelam. Naah, pada PSU ini kita juga melihat adanya over worried atau fobia yang dirasakan oleh segelintir orang akan kekalahan/tenggelam. Meski demikian, saya berharap PSU nanti hasilnya akan menyelamatkan banyak orang, bukan menenggelamkan banyak orang,” tutup Wak Sangkot.
Penulis Atok
Pimpinan Umum Wartasiak.com