“Gak ada tempat lagi, kami di sini juga bayar Rp4 ribu per hari ke petugas pasar, tetapi kami cuma di kasih waktu jualan sampai jam 9 pagi, setelah itu kami harus tutup kalau tidak diangkut Satpol PP,” akunya.
Usai blusukan, Irving menyampaikan keprihatinannya dengan pasar rakyat Tuah Serumpun. Padahal pasar ini sudah sejak lama berdiri dan menjadi ikon kota Perawang.
“Ya, sudah kita lihat tadi bagaimana kondisi pasar yang sejak saya tahun 2000 bertugas di Siak pasar ini sudah ada. Cukup memprihatinkan,” kata Irving.